Oleh: SRI HANDAYANI
Anak
jaman sekarang sering “barlen” (bubar kelalen) jika dibandingkan jaman dahulu
sangatlah berbeda. Padahal jaman dulu pendidikan belum berkembang seperti
sekarang ini. Sekarang jaman sudah maju perkambangan IPTEK berkembang sangat
pesat, banyak penemuan modern dalam bidang pendidikan yang bertujuan untuk
memajukan dunia pendidikan, tetapi mengapa justru anak – anak sekarang
“barlen”?
Pada
wakttu KBM berlangsung anak dalam satu kelas diperkirakan telah paham, namun
setelah diadakan post test hasilnya tidak memuaskan. Penguasaan anak terhadap
suatu materi pelajaran tidak maksimal, nilai banyak yang kurang dari KKM. Yang
baru diajarkan saja lupa ap[alagi jika satu minggu kemudian, satu bulan
kemudian atau bahkan satu semester kemudian ? Apa yang ada dalam benak anak -
anak sekarang ? Setiap soal yang dikerjakan tidak maksimal hasilnya. Hal ini
terjadi pada semua mata pelajaran terutama mata pelajaran yang bersifat
akademis. Banyak guru - guru sering mengalami hal tersebut dari tahun ke tahun.
Orang tua juga menyadari hal ini, bahwa anak - anak sekarang minat terhadap
pelajaran sangat rendah dilihat dari hasil nilai - nilai ulangan harian yang
rendah atau kurang dari KKM.
Bila
kita cermati ternyata penyebab dari rendahnya minat belajar adalah banyak
faktor, antara lain:
1. Banyaknya
permainan yang membuat kelelahan psikhis anak. Misalnya game-game yang ada di HP
atau komputer. Hal ini dampak dari kemajuan elektronika yang tidak dapat disalahkan,
hendaknya anak diarahkan agar dapat membagi waktu antara belajar dan bermain.
2. Belajar haya berlangsung di sekolah,
waktu di rumah digunakan untuk bermain dan membantu orang tua. Seharusnya ada
hubungan yang harmonis antara sekolah, orang tua dan masyarakat. Ketiga
komponen ini biasa disebut Tri Pusat Pendidikan oleh Bapak Pendidikan, Ki Hajar
Dewantara. Ketiga komponen harus saking mendukung untuk kemajuan pendidikan di sekolah.
3. PR atau tugas yang diberikan dari
sekolah tidak pernah atau jarang dikerjakan. Padahal pemberian PR bertujuan untuk pengulangan pelajaran atau
pengayaan agar anak paham betul tentang materi yang telah diajarkan guru. Dalam
hal ini tugas orang tua untuk selalu mengingatkan anaknya.
4. Tugas
guru sebagai fasilitator tidak dapat berjalan sebagai mana mestinya karena anak
- anak tidak menyiapkan diri untuk menghadapi pelajaran setiap hari sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan. Seharusnya siswa disiplin dalam belajar,
pelajaran yang akan diajarkan besok pagi sudah dipelajari atau dibaca dari buku
pelajaran, dari rangkuman materi LKS, maupun dari internet. Jika anak menemui
kesulitan bisa dibahas dalam pelajaran di sekolah. Jadi diharapkan sebelum
pelajaran anak sudah mempunyai bekal sehingga pada waktu pelajaran berlangsung
dapat berkembang karena setiap anak mempunyai masalah yang berbeda.
5. Dalam
KBM guru tidak atau kurang menggunakan alat peraga. Diharapkan dalam setiap KBM
guru menggunakan alat peraga dengan tujuan anak tidak verbalisme,menarik
perhatian sehingga pelajaran menjadi lebih berkesan seperti pepatah cina yaitu: Saya mendengar, maka saya lupa, Saya
melihat, maka saya ingat, Saya melakukan, maka saya memahami.
6. Dalam
KBM sering guru melakukan pembelajaran dengan model kuno yang membosankan anak.
Seharusnya guru dalam KBM menerapkan pendekatan kontekstual yaitu pembelajaran
yang terjadi dalam hubungan yang erat dengan pengalaman yang sesungguhnya.
Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalami, bukan teransfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Untuk mengatasi anak yang “barlen”
harus memanfaatkan waktu anak dirumah, karena waktu anak di rumah lebih banyak
dari pada waktu anak di sekolah. Sebagai orang tua yang berperan dalam
pendidikan informal harus dapat mengarahkan anaknya untuk setiap hari belajar
jangan hanya kalau ada PR atau waktu ulangan saja. Akan lebih baik 4 x 2 dari
pada 2 x 4. Maksudnya adalah
4 x 2 = 2 + 2 + 2 + 2
2 x 4 = 4 + 4
Jadi
belajar dengan waktu sedikit namun sering dilakukan akan lebih baik hasilnya
dari pada belajar dengan waktu yang banyak tapai jarang dilakukan, karena anak
belajar tidak dalam proses seketika Pengetahuan dan ketrampilan anak diperoleh
sedikit demi sedikit berangkat dari pengetahuan(skemata) yang dimiliki
sebelumnya. Anak anak yang “barlen” sering terjadi di sekolah-sekolah
pinggiran. Ilmu atau pelajaran haya diperoleh dari sekolah saja, pulang sekolah
waktu total digunakan untuk bermain dan membantu pekerjaan orang tua di rumah.
Jangankan membuka buku pelajaran PR pun tidak pernah dikerjakan. Jumlah anak
yang mengerjakan PR dapat dihitung dengan jari. Lain dengan sekolah-sekolah ditengah
kota, sebagaian besar siswanya mengikuti les atau frivat pada lembaga bimbingan
belajar. Jadi dari segi ilmu pengetahuan siswa di sekolah yang ada ditengah
kota lebih dapat berkembang dan dapat menguasai lebih banyak ilmu pengetahuan
dari pada siswa yang ada di sekolah pinggiran. Guru –guru di sekolah pinggiran
harus mencari terobosan-terobosan untuk dapat memaksimalkan pencapaian target kurikulum.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan antara lain:
1. Mengadakan
pertemuan dengan wali murid dan tokoh masyarakat di awal tahun pelajaran untuk
merumuskan bersama atau membuat kesepakatan bersama untuk kemajuan pendidikan
di kelas pada khususnya dan sekolah pada umumnya untuk waktu mendatang.
2. Setiap
ada tugas atau PR harus diketahui oleh orang tua agar selalu dapat mengingatkan
anaknya. Misalnya dengan membuat buku yang khusus untuk mencatat semua ttugas
yang harus dikerjakan dan kapan harus dikumpulkan dengan ditandatangani oleh
guru dan wali siswa. Juga berisi peringtan jika belum dikerjakan.
3. Guru
memberikan tambahan pelajaran atau ekstrakurikuler untuk lebih memahami
pelajaran terutama mata pelajaran yang bersifat akademis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar